Minggu, 17 Januari 2010

Memang begitulah cinta, deritanya tiada akhir (I)


Kalimat di atas, dipopulerkan oleh Ti Pat Kay, seorang murid Tom Sam Chong, dalam kisah Journey to the west. Meski fiksi, tetapi kalimat tersebut, sangat mengena (dulu, bukan sekarang. Dicatet ya).
Medio 1995, di sebuah malam minggu, 3 siswa SMA, sebut saja namanya: Cahya, Kecel, dan Oot, siap-siap mendatangi rumah siswi baru, yang baru pindah dari Serang. Kebetulan, siswi baru ini (sebut saja Wati), masih saudara dan serumah dengan teman sekelas Kecel.
"Cahya, nanti sesampai di sana, yang masuk kamu saja. Biar kita nunggu di jalan," kata Kecel.
"Lha piye? Ntar aku masuk sendirian gitu?"
"Iyo. Kamu berani kan?" kata Oot.
"Walah, kalau cuma gitu doang sih, kenapa takut," ujar Cahya memberanikan diri.

Senin, 11 Januari 2010

Imam dan Loudspeaker


Sholat, adalah kewajiban untuk muslim yang sudah baligh. Terlebih lagi bagi yang pria, diutamakan untuk melakukan sholat 5 waktu berjamaah di masjid. Secara matematis, -perhitungan saya dapatkan dari sebuah grup di FB-, jika sholat sendirian hanya mendapatkan 1 (satu) satuan pahala, sedangkan apabila sholat berjamaah, maka akan mendapatkan gaji 27 satuan pahala. Sebuah angka yang berbeda sangat jauh.
Berkaitan dengan sholat jamaah, sudah jamak di Jakarta, Imam menggunakan mic, supaya jamaah bisa mendengarkan dengan jelas komando dan bacaan imam. Hanya, pernah tidak membayangkan apa yang terjadi jika mic ini ngadat?

Kamis, 07 Januari 2010

Mimpi jadi artis


Suatu sore, sewaktu saya sedang berjalan di jakarta pusat, tiba-tiba ada seorang ibu yang menyapa dari belakang. "Mas, Mas... Numpang nanya dong."
Sekejap, saya kaget, karena tidak biasanya saya disapa ibu-ibu, dan saat itu juga, saya sedang melamun.
"Iya, ada apa Ibu?"
"Mas, tahu tidak kantornya Multivision?"
"Oh, itu iya, saya tahu Bu. Memang ada apa ya?"
"Tempatnya di mana Mas? Saya mau masukin surat nih, kesana."
"Oh..."